Keguguran Akhir Virus Toxo
Senin, 23 April 2018
Edit
Mengetahui isterinya keguguran jawaban virus toxo, Yulius (37) jadi kalut. Pikirannya dihantui bayangan jelek anak-anaknya kelak akan lahir cacat, atau sama sekali terancam tidak mempunyai keturunan. Semangat hidupnya pudar. Laki-laki ini bagai terbelenggu dalam kepedihan yang mendalam. Hatinya terpukul. Melalui seorang Kyai, kesannya ia kembali tegar. Apalagi sesudah pertemuannya dengan Pak Juanda. Aquatreat Therapy yang dikonsumsi oleh Evi Nurwini, isteri Yulius, ternyata membawa kesembuhan. Yulius senang mereka kesannya dikaruniai dua anak pria yang lahir tepat dan tumbuh sehat. Sekitar lima bulan sesudah kami menikah, isteriku mengutarakan dirinya tengah mengandung. Waktu itu sekitar Mei tahun 2000. Kabar perihal kehamilannya tentu saja merupakan isu yang menggembirakan. Meski keadaan ekonomi rumah tangga kami belum memadai untuk segera mempunyai keturunan, sebagai pasangan muda, kami tetap mensyukuri hasil buah cinta ini dengan perasaan berbunga-bunga. Kabar menggembirakan itu turut memacu semangat hidupku.
Untuk memastikan kehamilannya, saya membawa Evi Nurwini, demikian nama lengkap istriku ke rumah sakit bersalin. Dokter memastikan istriku memang tengah mengandung. Ada rasa haru menyertai senang mendengar kepastian dokter. Sebagai calon ayah yang mempunyai penghasilan pas-pasan, saya harus mencari pelengkap penghasilan. Selain bekerja di kantor, saya mulai menjalani bisnis kecil-kecilan. Aku berharap istri dan anak-anakku kelak dapat menikmati hasil jerih payahku lebih dari yang kami butuhkan.
Semenjak Wini berbadan dua, rasa sayangku terhadapnya semakin bertambah. Tiap hari saya selalu menanyakan kesehatannya. Aku khawatir kehamilan Wini, menciptakan dirinya merasa tidak nyaman. Kekhawatiranku ternyata terlalu berlebihan, Wini tidak ibarat yang saya risaukan. Dalam keadaan hamil ia masih tetap menjalankan pekerjaan rumah ibarat biasanya.
Tuhan menunjukkan saya seorang istri yang baik. Awal kehamilannya, Wini jarang meminta yang aneh-aneh, ibarat perempuan yang sedang ngidam pada umumnya. Hanya sesekali saja ia mengeluh kepalanya suka terasa pusing, itupun gampang hilang kalau sudah dibawa tidur.
Meski kehamilannya sudah tiga bulan, namun secara fisik Wini tidak banyak berubah. Tubuhnya tampak kecil, alasannya ialah memang ia tidak suka makan. Hari terus berganti, usia kehamilan Wini semakin bertambah. Seperti biasa setiap bulan, saya yang mengantarnya ke dokter kandungan. Sebagai calon ayah, saya sudah membayangkan kebahagiaan yang kelak akan dirasakan dengan kehadiran belum dewasa kami. Rumah kami yang sempit serta merta akan bertambah ramai dengan kehadiran sosok mungil itu. Tidak itu saja, statusku bertambah. Tidak hanya sebagai suami, saya akan memanggil diriku dengan sebutan ayah. Kebahagiaan itu selalu hadir menyertai hari-hariku. Bagiku kehadiran seorang anak, sekaligus menunjukan diriku pria sehat dan sempurna.
KEGUGURAN PADA USIA KANDUNGAN LIMA BULAN
Memasuki usia kehamilan 4 bulan, tubuh Wini kelihatan mulai berisi. Apalagi perutnya sudah semakin membuncit. Semakin hari saya semakin tak sabar menantikan datangnya hari senang itu. Meskipun usia kehamilan Wini gres menginjak empat bulan, saya sudah menyiapkan beberapa nama bagi calon bayi kami, nama laki-laki, maupun perempuan. Orangtua Wini tak kalah bahagianya mendengar kehamilan anak pertamanya. Wini dibutuhkan akan mempersembahkan cucu pertama bagi keluarga besar orangtuanya.
Setiap kali saya membawa Wini kontrol, dokter sudah memilih agenda investigasi kehamilan selanjutnya. Setiap agenda kontrol, saya selalu pulang kantor lebih awal. Rasanya saya ingin selalu berdua untuk melewati masa-masa penantian itu bersama-sama. Ketika usia kandungan Wini sudah memasuki usia lima bulan, saya kembali mengantarnya ke dokter.
Dokter menyambut kehadiran kami dengan senyum ramah. Saat berada di ruang praktek, suster membaringkan tubuh Wini di daerah tidur. Dokter kemudian menyidik perutnya dengan teliti, dan mendengarkan detak jantung bayi. Beberapa ketika kemudian, saya melihat ibarat ada sesuatu yang tidak beres pada kondisi Wini. Dokter beberapa kali menyidik perutnya. Sekilas saya mendengar perkataannya kepada suster, dokter sama sekali tidak mendengar denyut nadi dalam rahim Wini.
Untuk mengetahui kondisi yang sesungguhnya, dokter tetapkan Wini diopname. Malam itu investigasi dilanjutkan kembali. Kali ini investigasi dilakukan dengan memakai peralatan yang lebih canggih. Rupanya sesuatu telah terjadi pada kehamilan Wini. Aku mulai curiga, jangan-jangan ini menunjukan buruk. Dokter kembali menyidik kandungan Wini. Setelah yakin apa yang terjadi, dokter memaparkan kepastiannya bahwa bayi dalam kandungan Wini sudah tidak bernyawa. Aku tahu Wini merasa terpukul mendengar isu itu, saya pun turut larut dalam kesedihan. Bayang-bayang akan hadirnya sang buah hati tiba-tiba lenyap dalam sesaat.
Keesokan harinya Wini dikuret. Ini ialah suatu kenyataan yang semakin menciptakan diriku bertambah sedih. Hari itu juga Wini sudah diijinkan kembali ke rumah. Dokter menegaskan akan menyidik penyebab keguguran istriku. Aku dan Wini sudah tak menghiraukan lagi perkataan dokter. Pikiran kami tengah bergumul antara duka dan kecewa.