Revitalisasi Situ Panjalu Ciamis

POTENSI HISTORIS
Berdasarkan dongeng lisa yang beredar di kalangan masyarakat Panjalu, Situ Lengkong terbentuk sebagai bab dari proses pengislaman yang dirintis Prabu Borosngora, anak kedua dari Prabu Sanghyang Tjakradewa.
Dalam Babad Panjalu, Prabu Borosngora disebut sebagai buyut Sanghyang Ratu Permanadewi, Ratu Kerajaan Soko Galuh yang membawa pedoman karahayuan (kemakmuran). Karena dipimpin seorang wanita, untuk memperlihatkan maskulinitas, maka kerajaan tersebut dinamakan Kerajaan Panjalu. Dalam bahasa Sunda, berarti laki-laki.

Untuk pasting kali ini, saya merasa tergugah akan tanah kelahiran saya dari wilayah Panjalu - Ciamis - Jawa Barat - Indonesia untuk mengekspos Sejarah Panjalu serta Potensi Kekayaan alamnya yang terbagi dalam beberapa posting.
 
Kerajaan Panjalu pernah berpengaruh dan besar dan menjadi bab Kesultanan Cirebon hingga kesudahannya menjadi kabupaten. Wilayahnya kemudian digabung dengan Kabupaten Imbanagara dan Kawali sehingga menjadi Kabupaten Ciamis sekarang.
Daya tarik Panjalu dari segi historis ialah upacara nyangku. Diselenggarakan setiap tahun pada hari Senin atau Kamis terakhir bulan Maulud. Nyangku berasal dari bahasa Arab yanko artinya: membersihkan. Dalam upacara tersebut, pedang hadiah dari Sayidina Ali dan barang pusaka lainnya ibarat keris, dan tombak dikeluarkan dari tempat penyimpanannya di Bumi Alit untuk dibersihkan. Prosesi dilanjutkan dengan membawa barang pusaka ke Nusalarang, kemudian kembali ke balai desa untuk dibersihkan. Menjelang tengah hari, barang pusaka disimpan kembali ke tempat asalnya, Bumi Alit. Bagi masyarakat Panjalu, nyangku mempunyai makna yang lebih luas. Dan sesuai dengan pedoman leluhur mereka, setiap langkah dalam upacara tersebut mempunyai makna tersendiri yang bertujuan meningkatkan kebahagiaan lahir-batin keturunan Panjalu.
Kepada anak-cucunya, Raja Panjalu mewariskan papagon atau pedoman yang antara lain berbunyi; ”Pakena gawe rahayu dan pakena kreta bener” dan ”mangan karna halal, pake karna suci, ucap lampah sabenere,”. ”Hingga kini pedoman tersebut dipegang teguh oleh mereka yang merasa sebagai keturunan Panjalu meskipun sudah menetap jauh di luar Panjalu. Salah satu sesepuh Panjalu yang dipandang sebagai pemimpin susila Panjalu ialah Bah Atong, keturunan ke-14 Prabu Borosngora.
POTENSI PELESTARIAN LINGKUNGAN
Di tengah situ lengkong terdapat pulau seluas sekitar 16 hektar. Pulau Nusa Larang. Pulau ini ditetapkan sebagai cagar alam semenjak tanggal 21 Februari 1919. Pulau ini sering juga disebut Pulau Koorders. Nama ini ialah sebagai penghargaan kepada Dr Koorders, seorang kebangsaan Belanda pendiri dan sekaligus ketua pertama Nederlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming, sebuah perkumpulan proteksi alam Hindia Belanda yang didirikan tahun 1863.
Sebagai seseorang yang menaruh perhatian besar pada botani, Koorders telah memelopori pencatatan aneka macam jenis pohon yang ada di Pulau Jawa. Pekerjaan mengumpulkan herbarium tersebut dilakukan bersama Th Valeton, spesialis botani yang membantu melaksanakan penelitian ilmiah komposisi hutan tropika. Koorders dan rekannya kesudahannya berhasil menawarkan sumbangan yang tidak kecil pada dunia ilmu pengetahuan. Berkat kerja kerasnya, kemudian lahir bukunya, Bijdragen tot de Kennis der Boomsoorten van Java, sebuah buku yang merupakan sumbangan pengetahuan wacana pohon-pohon yang tumbuh di Pulau Jawa.
Sebagai cagar alam, Nusalarang mempunyai vegetasi hutan primer yang relatif masih utuh dan tumbuh alami. Wisatawan yang berkunjung ke sana sanggup menikmati aneka macam jenis flora, antara lain kondang (Ficus variegata), kileho (Sauraula Sp), dan kihaji (Dysoxylum). Di bab bawahnya tumbuh tumbuhan rotan (Calamus Sp), tepus (Zingiberaceae), dan langkap (Arenga).
Sedangkan fauna yang hidup di pulau tersebut antara lain bajing (Calosciurus nigrittatus), burung hantu (Otus scops), dan kalong (Pteropus vampyrus). Belakangan, populasi kalong di tempat itu bertambah dengan berdatangannya kawanan kalong dari Astana Gede Kawali, situs yang terletak di Kecamatan Kawali, enam kilometer arah utara Kota Ciamis. Selama ini situs tersebut dianggap sebagai sentra Kerajaan Galuh. Kawanan kalong yang bersarang di situs tersebut dikabarkan sudah lebih dulu hijrah ke Situ Lengkong, jauh sebelum terjadi tragedi angin kencang melanda situs Astana Gede Kawali. Situs Astana Gede Kawali dipercaya mempunyai hubungan sejarah dengan situs Panjalu di Nusalarang. Kalong yang pulang pergi dari Nusalarang dan Gede Kawali dalam kepercayaan yang beredar ialah penjelmaan dari pasukan Borosngora.
POTENSI WISATA RELIGI
Situ Lengkong Panjalu berdasar sejarahnya merupakan situ yang terbentuk dari hal yang mistis. Situ ini berasal dari air zamzam tunjangan Sayyidina Ali yang dibawa Pabu Borosngora sepulang dari berguru Islam ke Mekah.  Ketika air zamzam ditumpahkan ke atas cekungan tanah maka muncullah sumber air yang makin membesar hingga menjadi sebuah situ. Dan ditengahnya terbentuk pulau yang kemudian dijadikan tempat pemakaman keluarga keturunan Prabu Borosngora. Karenanya pulau itu dikeramatkan dan disebut Pulau Nusa Larang. Borosngora sendiri tidak dimakamkan  di tempat ini. Beliau hilang entah dimana. Setelah Islam berkembang di Panjalu dia pergi pamit untuk membuatkan Islam di tempat lain. Banyak yang beranggapan bahwa dia kesudahannya menetap di Kawali. Beliau sanggup berkembang menjadi menjadi harimau putih yang melindungi.
Kini Situ Panjalu menjadi bab dari rangkaian Ziarah para wali umat Islam. Air situ dipercaya membawa berkah alasannya ialah asalnya ialah air zamzam. Lokasinya yang termasuk strategis sanggup dicapai melalui aneka macam arah. Baik dari Cirebon-Ciamis melalui Kuningan maupun dari Bandung-Tasikmalaya melalui Malangbong. Dari Kota Ciamis yang menjadi ibu kota kabupaten, jaraknya hanya sekitar 15 km.
source: abhinarfatah

Berbagai Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel