Jalan Hidup Bersahaja
Kamis, 23 November 2017
Edit
Di antara “wajah muram” penuh kesedihan dan “tawa lebarnya orang-orang bodoh” ada “senyum tulus” dari hati yang positif. Tidak berlebihan dan senantiasa menyejukkan hati.
Di antara “kecantikan wajah” yang semu lagi menipu dan “kejelekan wajah” yang menciptakan mata jemu, ada “kecantikan hati” yang menciptakan kita rindu. Terpancar alami dari sosok langsung yang apabila dipandang, akan selalu menyenangkan hati. Di antara “orang bodoh” yang bebal dan “orang jenius yang teramat pandai” sampai-sampai ia tidak mau dikritik, ada “pembelajar sejati” yang cendekia tapi tetap mau terbuka dan terus belajar.
Di antara ketinggian hati (“kesombongan”) orang yang besar lengan berkuasa dan kerendahan diri (“rasa minder”) orang yang lemah ada “kepercayaan diri orang – orang yang rendah hati”. Tidak berlebihan serta lembut dalam bersikap.
Di antara perilaku hidup “foya-foya” yang glamor dan “kefakiran” yang menyiksa ada perilaku hidup “sederhana” yang barokah. Pola hidup cerdas bagi orang-orang yang tidak berlebihan.
Di antara perilaku “boros” para budak pasar dan perilaku “pelit” orang yang menumpuk-numpuk harta, ada “kedermawanan” orang yang peduli dan mau berbagi. Sangat cerdas di dalam mengatur pos-pos pengeluaran.
Di antara perilaku “masa bodoh” dan “memanjakan” seseorang, ada orang-orang yang “memberdayakan dan memandirikan”
Di antara orang-orang yang “mengobral akad palsu” dan orang yang “mengeluh berputus asa” ada orang yang sibuk bekerja memberi bukti (solusi). Pribadi berintegritas yang melaksanakan sesuatu tepat menyerupai apa yang ia katakan (jujur).
Di antara “keputusan sepihak” pemimpin diktatorial dan “pengambilan suara” (menyama ratakan semua orang) ada “musyawarah dan kebijaksanaan”.
Di antara “penindasan (tirani)” dan “kebebasan tanpa batas” ada “keadilan yang bertanggungjawab”.
Di antara perilaku “tidak percaya akan takdir” dan “kepasrahan total terhadap takdir” ada perilaku “sabar & syukur” terhadap apa yang menimpanya. Menerima takdir Tuhan dan bersungguh-sungguh melaksanakan apa yang terbaik untuk mengubah nasib.
Di antara orang yang “membujang” seumur hidupnya dan orang yang “mengumbar nafsu” syahwatnya ada orang yang “menikah” dan membangun rumah tangga.
Di antara perilaku beragama yang “penuh ketaatan tanpa ilmu” dan “keilmuan yang tinggi tanpa ketaatan” ada perilaku beragama yang dipenuhi rasa “ketaatan dengan dilandasi ilmu yang benar”.
Nah, begitulah saudaraku. Gaya hidup jalan tengah. Jalan hidup yang tidak berlebihan. Jalan hidup yang sesuai dengan fitrah (kecenderungan asli) manusia. Jalan hidup bersahaja.
“Di antara malaikat dan iblis ada manusia, makhluq yang paling sempurna. Sungguh beliau akan berkembang menjadi makhluq rendahan – bahkan serendah-rendahnya makhluq – apabila ia ingkar dan tidak menjadi insan yang sesungguhnya.”
(Nafis Mudrika)
Berbagai Sumber
Di antara “kecantikan wajah” yang semu lagi menipu dan “kejelekan wajah” yang menciptakan mata jemu, ada “kecantikan hati” yang menciptakan kita rindu. Terpancar alami dari sosok langsung yang apabila dipandang, akan selalu menyenangkan hati. Di antara “orang bodoh” yang bebal dan “orang jenius yang teramat pandai” sampai-sampai ia tidak mau dikritik, ada “pembelajar sejati” yang cendekia tapi tetap mau terbuka dan terus belajar.
Di antara ketinggian hati (“kesombongan”) orang yang besar lengan berkuasa dan kerendahan diri (“rasa minder”) orang yang lemah ada “kepercayaan diri orang – orang yang rendah hati”. Tidak berlebihan serta lembut dalam bersikap.
Di antara perilaku hidup “foya-foya” yang glamor dan “kefakiran” yang menyiksa ada perilaku hidup “sederhana” yang barokah. Pola hidup cerdas bagi orang-orang yang tidak berlebihan.
Di antara perilaku “boros” para budak pasar dan perilaku “pelit” orang yang menumpuk-numpuk harta, ada “kedermawanan” orang yang peduli dan mau berbagi. Sangat cerdas di dalam mengatur pos-pos pengeluaran.
Di antara perilaku “masa bodoh” dan “memanjakan” seseorang, ada orang-orang yang “memberdayakan dan memandirikan”
Di antara orang-orang yang “mengobral akad palsu” dan orang yang “mengeluh berputus asa” ada orang yang sibuk bekerja memberi bukti (solusi). Pribadi berintegritas yang melaksanakan sesuatu tepat menyerupai apa yang ia katakan (jujur).
Di antara “keputusan sepihak” pemimpin diktatorial dan “pengambilan suara” (menyama ratakan semua orang) ada “musyawarah dan kebijaksanaan”.
Di antara “penindasan (tirani)” dan “kebebasan tanpa batas” ada “keadilan yang bertanggungjawab”.
Di antara perilaku “tidak percaya akan takdir” dan “kepasrahan total terhadap takdir” ada perilaku “sabar & syukur” terhadap apa yang menimpanya. Menerima takdir Tuhan dan bersungguh-sungguh melaksanakan apa yang terbaik untuk mengubah nasib.
Di antara orang yang “membujang” seumur hidupnya dan orang yang “mengumbar nafsu” syahwatnya ada orang yang “menikah” dan membangun rumah tangga.
Di antara perilaku beragama yang “penuh ketaatan tanpa ilmu” dan “keilmuan yang tinggi tanpa ketaatan” ada perilaku beragama yang dipenuhi rasa “ketaatan dengan dilandasi ilmu yang benar”.
Nah, begitulah saudaraku. Gaya hidup jalan tengah. Jalan hidup yang tidak berlebihan. Jalan hidup yang sesuai dengan fitrah (kecenderungan asli) manusia. Jalan hidup bersahaja.
“Di antara malaikat dan iblis ada manusia, makhluq yang paling sempurna. Sungguh beliau akan berkembang menjadi makhluq rendahan – bahkan serendah-rendahnya makhluq – apabila ia ingkar dan tidak menjadi insan yang sesungguhnya.”
(Nafis Mudrika)